Categories: Dunia Jaringan

Menkomdigi Ungkap Teknologi Internet Lebih Murah dari Starlink

Pemerintah Siapkan Alternatif Terjangkau untuk Konektivitas Nasional

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan teknologi konektivitas baru yang lebih murah dari Starlink, sebagai bagian dari upaya menghadirkan akses internet yang merata dan terjangkau di seluruh Indonesia. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang dalam rapat Kabinet Paripurna pada Senin (20/10) menekankan pentingnya menyediakan teknologi yang tidak hanya kuat secara teknis, tetapi juga efisien secara ekonomi. “Dia menyatakan bahwa kita akan mencari konektivitas yang lebih terjangkau dibandingkan low earth orbit seperti Starlink,” ungkap Meutya dalam konferensi Tech in Asia 2025 di Jakarta, Rabu (22/10/2025) Menurutnya, pemerintah tidak ingin ketergantungan pada teknologi luar negeri berbiaya tinggi, melainkan ingin menumbuhkan inovasi dalam negeri yang lebih sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

FWA menghadirkan solusi yang efisien, dan pihak terkait dapat menerapkannya dengan cepat.

Fixed Wireless Access (FWA) menjadi salah satu teknologi yang kini sedang dikembangkan. (Pilihan ini lebih mendekati aslinya karena FWA adalah subjek yang menjadi fokus). Sistem ini memanfaatkan jaringan nirkabel tetap untuk mengirimkan sinyal internet langsung ke rumah, sekolah, maupun fasilitas publik tanpa perlu infrastruktur kabel fiber yang mahal. Meutya menyatakan bahwa “Kami baru saja merampungkan salah satu inovasi teknologi FWA.” Teknologi ini membuat koneksi lebih terjangkau dan dapat menjangkau perumahan dan sekolah. Menurutnya, FWA menawarkan alternatif penting untuk daerah yang sulit diakses oleh jaringan serat optik, terutama di pedalaman dan kepulauan.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pun telah menyelesaikan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk mendukung implementasi FWA. Dalam lelang tersebut, pemenangnya adalah Surge melalui anak perusahaannya Telemedia Komunikasi Pratama di Regional 1 dengan nilai tawaran tertinggi Rp403 miliar. Sementara itu, Eka Mas Republik (MyRepublic) memenangkan Regional 2 dan 3 dengan masing-masing tawaran Rp300 miliar dan Rp100 miliar. Infrastruktur ini nantinya akan memperluas jangkauan konektivitas digital hingga ke pelosok, mempercepat pemerataan internet tanpa beban biaya besar.

Teknologi Alternatif Starlink untuk Sekolah di Seluruh Indonesia

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto juga menyampaikan bahwa pemerintah menyiapkan teknologi yang lebih murah dari Starlink untuk mendukung akses internet di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. “Yang sulit dapat internet, WiFi, sekarang sudah ada teknologi yang murah bisa kita pasang di tiap sekolah. Tidak terlalu mahal. Starlink mungkin masih agak mahal untuk biaya bulanan, tapi sudah ada teknologi yang lebih murah,” ungkapnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa visi pemerintahan Prabowo-Gibran bukan hanya membangun infrastruktur digital, tetapi juga memastikan biaya akses tetap terjangkau bagi masyarakat.

Starlink membanderol layanan berbasis satelitnya mulai dari sekitar Rp479 ribu per bulan (paket residensial lite), dengan perangkat penerima sinyal mencapai Rp7,8 juta. Bagi sebagian besar sekolah negeri dan lembaga pendidikan di daerah tertinggal, mereka menilai harga tersebut masih terlalu tinggi. Dengan hadirnya FWA dan teknologi sejenis, pemerintah berharap seluruh sekolah dapat menikmati koneksi stabil tanpa biaya langganan tinggi, sekaligus memperkuat ekosistem digital nasional.

Dukungan Infrastruktur Digital untuk Pendidikan Masa Depan

Pemerintahan Prabowo-Gibran menggalakkan program pembelajaran jarak jauh dan digitalisasi pendidikan, di mana konektivitas internet murah memegang peran penting. Setiap sekolah akan menerima layar digital interaktif (Smart TV) yang berisi konten belajar kurikulum nasional. “Kami sudah membagikan flat panel ini mendekati 50 ribu sekolah, dan target total tahun ini mencapai 288 ribu,” ujarnya. Di situ ada komputer yang bisa memuat ratusan ribu hingga jutaan konten,” ungkap Prabowo.

Dengan infrastruktur tersebut, pemerintah ingin menjadikan konektivitas digital sebagai tulang punggung pendidikan masa depan. Teknologi seperti FWA akan menjadi penopang utama pemerataan akses internet, memungkinkan siswa di pelosok menikmati kualitas pembelajaran yang sama dengan mereka yang berada di kota besar. Meski belum sepenuhnya menggantikan jaringan orbit rendah seperti Starlink, inovasi ini menjadi langkah nyata pemerintah dalam membangun kemandirian digital nasional yang efisien, murah, dan inklusif. Baca berita lain di sini.

Admin 1

Recent Posts

Serangan Siber ATO Kian Marak, Begini Cara Efektif Mencegahnya

Ancaman serangan siber terus menghantui warga internet di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Salah satu…

1 hari ago

Komdigi Targetkan Koneksi 5G Indonesia Capai 32 Persen pada 2030

Pemerintah Indonesia terus mempercepat transformasi digital nasional dengan memperluas jangkauan jaringan 5G. Wakil Menteri Komunikasi…

4 hari ago

Bumi Dikepung Starlink: 10.000 Satelit Mengitari Planet Kita

Langit malam kini bukan hanya dihiasi bintang, tetapi juga ribuan satelit milik SpaceX. Perusahaan yang…

1 minggu ago

Adopsi 5G Indonesia Tertinggal, Ini Alasan di Baliknya

5G di Indonesia Masih Tertinggal, Ini Penyebabnya Sudah bertahun-tahun 5G dijanjikan sebagai babak baru konektivitas…

1 minggu ago

SpaceX Blokir 2.500 Starlink di Myanmar, Dipakai Sindikat Penipuan Online

SpaceX Bertindak Tegas: Ribuan Terminal Starlink di Myanmar Dinonaktifkan karena Disalahgunakan Dalam upaya memerangi kejahatan…

2 minggu ago

Komdigi Kaji Teknologi Satelit ke HP, Konsep Direct to Starlink

Memulai Era Konektivitas Satelit di Indonesia Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kini membuka konsultasi publik…

3 minggu ago